Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Tak Terarah

Hamparan merah tak berbekas  jika tak ada rintik manja dari abu hal yang indah tak selalu senja  kenanglah jingga jika kamu lebih membekas diantara  lembayung 

Hanya Menyapa

Masa lampau terlalu malang  Tak ada yang ingin menyambutnya  Walau hanya menyapanya  Masa sekarang tak terlalu nikmat  jika setelahnya tak ada etika  Masa lusa akan selalu menjadi masa depan  yang terencana tapi tak tentu terrealisasikan  Jika tak terlelap dalam ego 

Khalil Gibran : Anakmu Bukanlah Milikmu

Anakmu bukalah milikmu, mereka adalah putra putri sang Hidup, yang rindu akan dirinya sendiri. Mereka lahir lewat engkau, tetapi bukan dari engkau, mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu. Berikanlah mereka kasih sayangmu, namun jangan sodorkan pemikiranmu, sebab pada mereka ada alam pikirannya sendiri. Patut kau berikan rumah bagi raganya, namun tidak bagi jiwanya, sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan, yang tiada dapat kau kunjungi, sekalipun dalam mimpimu. Engkau boleh berusaha menyerupai mereka, namun jangan membuat mereka menyerupaimu, sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur, ataupun tenggelam ke masa lampau. Engkaulah busur asal anakmu, anak panah hidup, melesat pergi. Sang Pemanah membidik sasaran keabadian, Dia merentangkanmu dengan kuasaNya, hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat. Bersukacitalah dalam rentangan tangan Sang Pemanah, sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana ...

Bandung

Jika malam selalu  bergerumu ri ndu  Tidak u ntuk tadi malam  Malam terasa ha ngat terselimuti tawa lepas nya  de nga n lembut nya me mega ng  pait nya hidup  de nga n tatapa n mata nya melumpuhka n getir nya ketakuta n Ba ndu ng, 18  nov 2019 

Sikap bulan juni

Duduk di atas laju Usaha untuk melipat jarak  Yang meresakan rasa dan prasangka Ingin cepat berada dalam dekapan  Berharap menafsirkan ketenangan  Menjawab sejuta tanya yang tercipta oleh sikap bulan juni.

Kehidupan maya

Hai maya, Kenapa kamu begitu menyakitkan Disaat menunggu bersama menerka Tak membuat rerentuhan air mata berhenti Kenapa kamu begitu asik dengan "hidup"  mengabaikan dan melaju dengan sia-sia aku tahu maya, kamu sangat membantu segalanya Tapi setiap "hidup" yang kau tunjukkan lalu menyampingkan begitu menyakitkan Sebelumnya, aksara meyakinkan raga ini untuk mengertinya Dalam tersirat tuturku ,ku tak berhenti memikirkan yang berujung pada prasangka.

Belenggu ragu

Aksara ku ingin merangkai Tapi ada hati yang terbelenggu  Ingin merangkainya  Tapi bunga berguguran diantara ragu Tak ada terbesit untuk mendikte  Tapi setiap hati berhak menyambutnya baik atau tidak aksaraku

perasaan dan prasangka aku

Aku sedang berada pada posisi dimana  Orang lain sedang menjudge , men-STIGMA , me- Labelkan dan tidak percaya akan proses " menuju baik " ( Hijrah ) aku. Hal yang tak terduga itu semua terucap dari beberapa orang yang menurutku orang itu tidak akan pernah menilai dari masa lalu ku.  Hanya emosi sesaat tetapi membekas sampai saat ini mungkin akan membekas selama aku berproses.  Sekarang, mereka membatasi segalanya  Dari segi mana pun aku kurang dan tidak sepadan dengan dia saat ini. Setiap tetesan air mata yang terus menerka. Ini dari perasaan dan prasangka aku  Untuk kamu yang sedang bertanya.

Jujur

Jujur  Terkadang menyakitkan  Terkadang mengasikkan Terkadang salah penyampaian Terkadang tidak tahu waktu
Apakah ada ukurannya rasa sayang yang wajar? Apakah rasa sayang yang tidak wajar akan selalu menyakiti?
Apakah memberikan lebih akan selalu  Berujung pada kesalahpahaman?  Apakah menunjukkan sayang diantara khawatir , akan selalu berujung pada pertengkaran?  Apakah sayang ini tak diijinkan untuk memiliki? Apakah sayang yang diberikan akan berbalas ke arah kiri? Jika demikian, apakah aku harus membunuh hal tersebut agar tak ada yang merasa terkekang dan merusak nyaman?

23-02-2019

Setiap jiwa memiliki cara tersendiri  Mengatasi kekhawatirannya.  Sayangnya, orang yang sedang  Duduk diantara riuhnya nada  Terkapar tak bernyawa  Terbunuh oleh kekhawatirannya sendiri.